Pada tanggal 15 April 1989, Liverpool berhadapan dengan Nottingham Forest di Semi-Final FA Cup.
Sebelumnya, pada tahun 1988, tim yang sama bertanding di ajang kompetisi yang sama, dan di tempat yang sama, Stadion Hillsborough, markas dari Sheffield Wednesday.
Pada tahun 1988, sebenarnya Liverpool FC sudah mengajukan keberatan kepada FA karena jumlah fans yang dimiliki oleh Liverpool FC lebih banyak dari Nottingham Forest, namun mereka ditempatkan di Leppings Lane, bagian yang lebih kecil kapasitasnya dibandingkan bagian Kop End. Menurut Kepolisian South Yorkshire, alasan diputuskannya kebijakan tersebut adalah karena arah kedatangan dari kedua kubu supporter menuju ke stadion. Sehingga dengan demikian, lebih mudah untuk memisahkan kedua kubu suporter.
Chief Inspector Brian Mole, dengan jam terbang yang sangat tinggi dalam menangani pertandingan besar dalam sepakbola memimpin polisi-polisi dalam mengamankan semi-final piala FA tahun 1988. Walaupun banyak terjadi komplain dari para supporter Liverpool dikarenakan bagian Lepping Lane yang sudah over-crowded, pertandingan di tahun 1988 berjalan tanpa adanya insiden yang serius.
Semi-final 1989 sekali lagi mempertemukan Liverpool melawan Nottingham Forest di Stadion Hillsborough dengan Liverpool mendapat alokasi tempat yang lebih sedikit di stadion tersebut. Liverpool melakukan protes dan sekali lagi kekhawatiran mereka tak dihiraukan. Tanggal sudah ditetapkan. Sabtu, 15 April 1989, Liverpool akan bermain melawan Nottingham Forest di Stadion Hillsborough.
Persiapan awal untuk pertandingan besar ini dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan Chief Inspector Brian Mole yang pada tahun sebelumnya berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik digantikan oleh Chief Inspector David Duckenfield. David Duckenfield adalah seorang petugas polisi yang minim pengalaman dalam menangani pertandingan sepakbola berskala besar.
Pada tahun 1988, dibawah pengawasan seorang Brian Mole yang berpengalaman, Kepolisian South Yorkshire memasang barikade tepat di jalan menuju pintu putar Lepping Lane. Hal ini bertujuan untuk menghentikan fans-fans tanpa tiket yang berada di luar pintu putar, sebuah area yang sering bermasalah pada pertandingan besar dikarenakan jumlah orang yang berdatangan di halaman di luar pintu putar jauh lebih besar dibandingkan kapasitasnya.
Pada tahun 1989, Chief Inspector David Duckenfield memilih untuk tidak memasang barikade tersebut. Ini adalah sebuah kesalahan. Kepolisian South Yorkshire tidak mampu mengontrol arus para fans yang menuju pintu putar Leppings Lane yang bermasalah tersebut. Hasilnya, semakin banyak orang yang berdatangan dan memasuki halaman pintu putar, namun pintu putar yang sudah tua dan tidak berfungsi dengan baik itu tidak dapat menampung dengan baik jumlah fans yang semakin bertambah. Keramaian diluar semakin bertambah sekitar pukul 14.30 waktu setempat, 15 menit lebih awal dari jadwal tiket resmi yang mengharuskan penonton sudah berada di dalam. Fakta tersebut sekaligus menepis anggapan dan mitos bahwa para pendukung Liverpool datang terlambat.
Ketika para supporter memasuki halaman diluar pintu putar, banyaknya jumlah orang yang berdatangan dibelakang mereka menandakan bahwa mereka tidak akan mungkin bisa keluar dari kerumunan. Semua orang merangsek maju agar dapat masuk sebelum pertandingan dimulai, kerumunan semakin padat dan berkembang kearah saling bertabrakan. Terdengar teriakan dan jeritan dari orang-orang yang berjuang untuk bernafas. Pintu putar itu sendiri di-set ke dinding bata, dan orang-orang di depan kerumunan tertabrak dinding tersebut. Polisi tidak dapat mengendalikan situasi, dan pada saat itu situasi bahaya sudah jelas terjadi bahwa seseorang dapat terluka serius atau bahkan lebih buruk lagi. Para fans terus berdatangan dari belakang kerumunan (dengan semangat yang baik) dan tidak menyadari bahwa terjadi masalah di bagian depan kerumunan penonton.
Keadaan diluar pintu putar sangat memprihatinkan, dan seorang komandan pertandingan tingkat pemula David Duckenfield memandang melalui kamera CCTV
Pada masa itu, fans yang akan masuk ke dalam stadion harus melewati pintu putar kecil agar tiketnya diperiksa terlebih dahulu. Fans kemudian keluar melalui gerbang keluar yang besar dan terbuat dari logam. Ketika mendekati peluit akhir, penjaga akan membuka gerbang ini untuk memungkinkan orang keluar dengan cepat. Gerbang ini dirancang agar tidak ada yang dapat masuk ke lapangan, tapi situasi di luar pintu putar Leppings Lane telah menjadi begitu berbahaya dan polisi kini kehilangan kendali atas situasi dan mulai mempertimbangkan berbagai kemungkinan.
Tepat dibelakang gerbang keluar C adalah sebuah terowongan yang menghubungkan ke sektor tengah dibelakang gawang, yang bernama sektor 3 & sektor 4. Diatas lorong itu terdapat satu kata “STANDING”. Itu adalah satu-satunya jalan yang jelas bagi para fans untuk memasuki pintu putar untuk kemudian masuk ke teras stadion dan itulah tujuan bagi sebagian besar orang-orang. Secara harfiah, mereka dapat melihat cahaya dari ujung terowongan tersebut. Setelah para fans keluar dari terowongan tersebut, mereka akan langsung berada tepat dibelakang sebuah gerbang yang memungkinkan untuk menuju sektor 3 dan 4. Pada tahun 1988, setelah sektor tersebut penuh, para polisi akan menutup akses dan para fans yang keluar dari terowongan tersebut akan langsung diarahkan menuju sektor samping. Pada tahun 1989, hal ini tidak terjadi dan menimbulkan konsekuensi yang fatal.
Sementara itu di dalam stadion, komentator BBC, para fans di tribun yang lain, para pemain dan ofisial semua berkomentar (ketika pertandingan hampir dimulai) bahwa sektor tengah telah penuh, dan sektor samping (atau sektor sayap) bahkan tidak setengahnya penuh. Di sektor sayap orang-orang duduk di lantai membaca program acara dengan ruang yang cukup untuk saling berlempar kucing, sementara di sektor tengah sangat padat dan susah untuk bergerak. Mereka susah bergerak dikarenakan oleh kepadatan dari kerumunan para fans.
David Duckenfield, yang berada di dalam ruangan kontrol polisi di bagian depan atas teras Leppings Lane dapat melihat dengan baik semua orang dan juga dengan peralatan kamera CCTV dengan kemampuan memperbesar gambar. Ini kemudian menjadi catatan bagi pengunjung ruangan kontrol polisi bahwa CCTV tersebut sangat hebat bahkan anda “dapat melihat warna mata seseorang di sektor tengah”.
Duckenfield mendapatkan pertanyaan dari seorang rekan polisi seniornya, yang sedang bertugas di luar area Leppings Lane, untuk membuka pintu keluar agar mengurangi kepadatan.
Tepat di depan mata Duckenfield adalah sekumpulan orang yang mematung di sektor tengah. Police box berada seberang atas teras Leppings Lane, dan tepat dibawah kaki Duckenfield adalah sektor yang cukup sepi. Bagi yang sudah menonton drama dokumenter yang sangat bagus dari Jimmy McGovern, itu adalah sektor ketika Trevor Hicks berteriak pada polisi di tangga control box untuk melakukan sesuatu. Dia dapat melihat bahwa orang-orang sedang kesulitan, dan kedua putrinya Victoria & Sarah berada di sektor tengah. Istrinya, Jimmy Hicks berada di tribun utara dan sangat khawatir ketika melihat ke sektor tengah, Namun para polisi yang sedang bertugas dengan kemampuan penglihatan dari udara melalui kamera tidak melakukan apa-apa.
Petugas yang diluar, Bernard Murray, berkomunikasi dengan Duckenfield melalui radio dan berkata “Buka pintu gerbangnya” dan kemudian dengan sedikit berteriak “jika anda tidak membuka pintu gerbangnya, seseorang akan terluka serius disini”. Datanglah permintaan terakhir, hampir memohon, “apakah anda akan membuka pintu gerbangnya?” Setelah sebentar terdiam, dan hampir seperti seumur hidup lamanya, Duckenfield memberi perintah “Buka pintu gerbangnya”.
Kesalahan berikutnya berakibat meninggalnya 96 orang, dan ratusan lebih terluka yang mengakibatkan kesedihan bagi ribuan teman-teman dan anggota keluarga.
Seperti yang telah disebutkan, dalam semi-final tahun 1988 polisi dan para penjaga bertugas untuk menjaga pintu gerbang dan mengarahkan fans di sektor tengah menuju sektor sayap ketika sektor tengah sudah penuh. Seandainya Duckenfield memberikan perintah untuk menutup sektor tengah yang sudah penuh ketika dia memberi perintah untuk membuka pintu gerbangnya, maka niscaya bencana ini dapat terhindarkan. Namun dia tidak melakukannya, dan ratusan fans berbondong-bondong menuju terowongan gelap dan curam. Beberapa dari mereka mulai kehilangan pijakan dan hampir tersandung masuk ke stadion, seperti sebuah sungai manusia, dan langsung ke bagian belakang teras yang sudah penuh dan berbahaya. Penyelidikan pemerintah dalam tragedi Hillsborough, yang diketuai oleh Lord Justice Taylor, dan sekarang hanya dikenal di The Taylor Report, kemudian menyebutkan keputusan untuk tidak menutup sektor tengah yang sudah penuh adalah “sebuah kesalahan besar pertamanya”.
Dibagian depan orang-orang berteriak kepada polisi, langsung diluar pagar diantara lapangan dan teras, untuk membuka pintu gerbang depan. Polisi tidak menghiraukan permintaan ini walaupun orang-orang terlihat menderita di depan mereka. Faktanya, ketika gerbang tersebut terbuka dikarenakan besarnya tekanan tubuh para penonton, para polisi memaksakan untuk ditutup lagi. Ternyata Duckenfield telah memberikan instruksi tegas untuk tidak membuka pintu gerbang dalam keadaan apapun tanpa seijinnya, dan pada saat itu pesawat komunikasi radio dilaporkan tidak berfungsi.
Eddie Spearitt berada di depan dengan putranya, Adam. Berikut adalah kesaksiannya..
“Himpitan datang, ini bukan gelombang yang besar. Ini seperti hal yang buruk, menjadi semakin sempit dan sempit. Saya berbalik, Adam disekitar saya. Dia tampak jelas sangat kesulitah. Disana ada seorang petugas polisi, jaraknya sekitar 5 atau 6 kaki, dan saya mulai berteriak. Adam pingsan dan kata-kata saya adalah “Putra tercinta saya sedang sekarat” dan memohon dia untuk membantu saya dan dia tidak melakukan apa-apa. Saya mencengkeram kerah baju Adam dan mencoba untuk mengangkatnya melewati pagar. Pagar setinggi sepuluh kaki dengan paku runcing mengarah kedalam. Saya tidak dapat mengangkatnya. Jadi saya mulai memukul pagar dengan harapan bisa merobohkan pagar itu. Tepat di awal, ketika saya memohon petugas itu untuk membuka gerbangnya saya tau saya bisa membawa Adam keluar. Saya tau karena saya berada disana”.
Adam Spearitt, 14 tahun, meninggal di Hillsborough. Jenni Hicks dan suaminya, Trevor, yang sebelumnya berteriak kepada polisi untuk membantu, kehilangan dua putrinya Vicky (15 tahun) dan Sarah (19 tahun) yang meninggal.
Total 96 nyawa diambil pada hari itu. Pria, wanita, dan anak-anak. Seorang anak berumur 10 tahun meninggal di sebuah pertandingan sepakbola. Yang terjadi berikutnya adalah lebih mengerikan dan memalukan lagi.
96 korban dengan usia ketika mereka meninggal adalah :
NEVER FORGOTTEN
REST IN PEACE. YOU’LL NEVER WALK ALONE
Artikel ini adalah sebuah artikel dari http://thehillsboroughdisasterdocumentary.com/15-04-1989-what-really-happened/ yang telah diterjemahkan dan dengan sedikit editorial oleh @takur_singh
Kesalahan alih bahasa dan editorial adalah murni kesalahan @takur_singh, bukan kesalahan dari sumber aslinya.