Memilih Antara Cloud AS atau Lokal?
Di era semuanya serba online, milih cloud itu bukan cuma soal “pakai yang lagi hype,” tapi gimana bikin bisnis kamu jalan ngebut, aman, dan hemat. Banyak tim tech bertanya: lebih oke pakai cloud dari Amerika Serikat (cloud AS) atau pilih penyedia lokal di Indonesia? Jawabannya: tergantung use case, regulasi, dan budget. Yuk bahas santai, tapi tetap komplit.
Apa Bedanya Cloud AS vs Cloud Lokal?
Secara garis besar:
– Cloud AS: pemain global, fitur bejibun, skala gede, ekosistem luas. Biasanya billing USD, region tersebar dunia.
– Cloud Lokal: dekat ke pengguna Indonesia, paham regulasi lokal, dukungan berbahasa Indonesia, billing rupiah, dan latency biasanya lebih rendah kalau server ada di sini.
Lokasi Data & Kepatuhan (Compliance)
– UU PDP (Perlindungan Data Pribadi) di Indonesia mewajibkan kamu mengelola data pribadi dengan hati-hati. Sektor tertentu (finansial, kesehatan, pemerintahan) juga punya aturan tambahan dari OJK, BI, Kemenkes, dll.
– Data residency: beberapa bisnis wajib menyimpan data di Indonesia atau minimal punya kontrol yang jelas di mana data tinggal dan diproses.
– Cloud AS: banyak yang sudah punya region di Asia Tenggara, beberapa bahkan di Indonesia. Ini membantu soal data residency.
– Cloud Lokal: biasanya lebih mudah untuk bukti kepatuhan, audit lokal, dan alignment dengan kebijakan pemerintah.
Latensi & Performa

– Kedekatan itu penting. Pengguna Indonesia akan merasakan aplikasi lebih responsif kalau server ada di Jakarta atau setidaknya di Asia Tenggara.
– Perkiraan latency (bisa beda tergantung ISP dan rute):
– Jakarta ke Jakarta: single-digit hingga belasan ms.
– Jakarta ke Singapura: umumnya 20–40 ms.
– Jakarta ke US West/East: bisa 150–250+ ms.
– Kalau app kamu real-time (gaming, trading, video call), latency rendah itu krusial. Untuk batch processing atau analytics, latency bisa lebih fleksibel.
Harga & Biaya Tersembunyi
– Cloud AS:
– Sering kompetitif di compute/storage skala besar.
– Egress (keluarin data ke internet) bisa mahal. Hati-hati arsitektur yang sering tarik data.
– Billing USD: ada risiko kurs berfluktuasi.
– Cloud Lokal:
– Billing rupiah, gampang budgeting.
– Paket bundling (compute + bandwidth) kadang lebih ramah kantong.
– Perlu cek biaya tambahan seperti IP publik, backup, snapshot, support tier, dan interkoneksi.
Layanan & Ekosistem
– Cloud AS:
– Fitur advance: machine learning, data warehouse modern, event streaming, observability, serverless, sampai AI generatif.
– Marketplace dan komunitas global, dokumentasi super lengkap.
– Cloud Lokal:
– Fokus ke kebutuhan inti: VM, Kubernetes managed, storage, database populer, CDN lokal, dan direct peering dengan ISP Indonesia.
– Mudah integrasi dengan layanan lokal (payment, SMS, WhatsApp Business, dsb).
Dukungan & Bahasa
– Cloud AS: support kelas dunia, tapi kadang butuh paket support premium agar respons cepat. Bahasa utama biasanya Inggris.
– Cloud Lokal: support berbahasa Indonesia, akses ke tim teknis lokal, koordinasi onsite lebih gampang.
Keamanan & Sertifikasi
– Cari yang punya ISO 27001, SOC 2, PCI DSS (kalau proses kartu), dan standar lain yang relevan.
– Tanyakan soal enkripsi at-rest/in-transit, KMS (key management), logging, dan fitur IAM yang granular.
– Untuk sektor regulated, siapkan dokumen audit dan DPA (Data Processing Agreement).
Kapan Pilih Cloud AS?
– Kamu butuh layanan canggih: AI/ML, big data, event-driven pada skala besar.
– Produk kamu targetnya global, perlu banyak region untuk dekat ke user di berbagai benua.
– Tim sudah terbiasa dengan ekosistem dan tooling mereka.
– SLA tinggi dan track record reliabilitas menjadi prioritas.
– Kamu siap mengelola biaya egress dan fluktuasi kurs.
Kapan Pilih Cloud Lokal?
– Fokus utama user Indonesia dan kamu butuh latency serendah mungkin.
– Kepatuhan dan data residency jadi perhatian nomor satu.
– Kamu ingin dukungan lokal, bahasa Indonesia, dan kemudahan koordinasi.
– Budget perlu stabil (billing IDR) tanpa pusing kurs.
– Kebutuhan fitur cukup “inti” (compute, database, storage, CDN, Kubernetes) tanpa layanan super-spesifik.
Opsi Tengah: Multi-Cloud/Hybrid
Buat banyak tim, solusi terbaik adalah kombinasi.
– Hybrid: data sensitif dan workload inti di local cloud; workload analytics/AI di cloud global.
– Multi-region Asia: pilih region di Indonesia/Singapura dari penyedia global untuk jaga latency tapi tetap dapat fitur.
– CDN/Edge: taruh konten statis di edge dekat user, backend bisa di mana pun.
– Data tiering: data “panas” di lokal, arsip “dingin” di object storage global yang lebih murah.
– Pastikan observability, backup, dan DR (disaster recovery) lintas penyedia jelas.
Contoh Skenario
– Startup Fintech: simpan PII dan transaksi di region Indonesia/cloud lokal sesuai regulasi, pakai cloud AS untuk analytics/ML non-PII. Gunakan tokenization/pseudonymization.
– Media/Content: delivery via CDN lokal/ASEAN untuk latency, backend di provider global yang punya pipeline transcoding mantap.
– SaaS B2B: jika target ASEAN, pilih region Singapura/Indonesia dari hyperscaler untuk latensi seimbang dan fitur lengkap. Pertimbangkan peering ke ISP lokal.
Checklist Cepat Sebelum Memutuskan
– Regulasi:
– Ada kewajiban data di Indonesia?
– Perlu persetujuan regulator (OJK/BI/Kemenkes)?
– Performa:
– Di mana mayoritas user? Target latency berapa?
– Ada kebutuhan real-time?
– Biaya:
– Hitung egress, inter-region, snapshot/backup, support tier.
– Pilih billing IDR atau USD? Ada risiko kurs?
– Fitur:
– Butuh AI/ML khusus, data warehouse modern, event streaming?
– Butuh integrasi layanan lokal?
– Operasional:
– Kesiapan tim (skillset), dokumentasi, dan tooling.
– SLA, support response time, rencana DR/backup.
– Keamanan:
– Sertifikasi, enkripsi, IAM, audit trail, DPA, dan logging.
Tips Praktis Biar Nggak Nyasar
– Mulai kecil: proof-of-concept di dua opsi (AS vs lokal), ukur latency, throughput, dan biaya real.
– Hindari lock-in: pakai standar terbuka (Kubernetes, Terraform, PostgreSQL/MySQL) biar gampang pindah.
– Monitor biaya dari awal: pasang budget alert, awasi egress dan storage yang membengkak.
– Dokumentasikan arsitektur dan data flow: penting buat audit dan troubleshooting.
Penutup
Nggak ada jawaban tunggal yang paling benar. Kalau kamu butuh fitur super canggih dan target pasar global, cloud AS sering jadi pilihan solid. Kalau main di Indonesia, perlu patuh regulasi, latency rendah, dan pengin support lokal, cloud lokal bisa jadi andalan. Banyak tim akhirnya memilih jalan tengah: hybrid atau multi-cloud untuk dapat best of both worlds. Yang penting, putuskan berdasarkan data—uji, bandingkan, dan pilih yang paling pas buat produk, user, dan kantongmu.